Rabu, 22 September 2010

METODE KONTRASEPSI


agaimana Memilih Metode Kontrasepsi?
Dengan makin berkembangnya program keluarga berencana (KB) saat ini, maka makin beragam pula pilihan metode kontrasepsi yang ditawarkan. Banyak anak bagi sebagian besar pasangan suami istri sudah bukan merupakan hal yang perlu dibanggakan lagi, bahkan dianggap sebagai beban. Maka kontrasepsi jelas merupakan pilihan utama dalam menunda atau menekan pertambahan anggota keluarga baru. Namun banyak pasangan usia subur, terlebih yang baru menikah, belum punya pegangan tentang metode kontrasepsi yang kelak mereka pakai. Bagaimana menentukan pilihan itu?
MEMANG banyak pasangan suami istri (pasutri) usia subur, terlebih pengantin baru, yang belum punya pegangan tentang metode kontrasepsi yang kelak mereka pakai. Apakah mereka kelak memilih metode kontrasepsi berbentuk pil, suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), ataupun kontrasepsi mantap (kontap)? Berikut selintas pengetahuan tentang kemungkinan efek samping yang sering dihadapi sehubungan dengan penggunaan kontrasepsi.
* Penggunaan Pil
Pada penggunaan kontrasepsi pil akan sering terjadi perdarahan pada bulan-bulan pertama pemakaian. Pil kontrasepsi mengandung bahan hormon estrogen dan progesteron yang kadar kandungan masing-masing hormonnya bervariasi pada setiap merk yang beredar di pasar. Perdarahan karena pil biasanya disebabkan ketidakseimbangan hormon, terutama pemakaian pil estrogen dosis rendah (30 mikrogram).

Endometrium, dalam hal ini akan mengalami degenerasi, lalu terjadilah perdarahan. Hal tersebut merupakan proses penyesuaian tubuh dan bersifat sementara. Dokter biasanya akan memberikan estrogen tambahan sekitar selama tujuh hari. Biasanya, dengan demikian, hal tersebut sudah bisa diatasi. Jika tidak, maka harus diselidiki kemungkinan adanya kelainan lain misalnya adanya tumor, polip, dll. Untuk ini, sebaiknya konsultasikan ke dokter kandungan.
Berat badan yang naik karena pil yang terjadi beberapa bulan pertama disebabkan oleh hormon estrogen. Ini akan menyebabkan retensi air dan edema, sedangkan progestagen memudahkan perubahan metabolisme karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang nafsu makan. Hal ini tidak terjadi pada semua pemakai pil dan hanya bersifat sementara. Disarankan untuk diet, ganti pil dengan progestagen yang bersifat estrogenik. Bila cara ini tidak berhasil dan berat badan bertambah terus, maka penggunaan pil distop dan ganti dengan cara non-hormonal semisal AKDR.
Perubahan lain yang terjadi adalah tumbuhnya jerawat. Hal ini pun karena faktor progesteron-nya -- penyebab meningkatnya kadar lemak. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi makanan berlemak, kebersihan wajah dijaga. Jika tidak berkurang juga, maka dokter akan mengganti pil dengan progesteron yang bersifat estrogenik. Namun sebagai catatan, pil kombinasi justru dapat menyembuhkan jerawat. Estrogen menurunkan kadar lemak di bawah kulit dengan menaikkan tekanan osmosa. Hal ini akan mengurangi berkerutnya kulit karena usia tua.
Perubahan libido dapat pula ditemukan pada beberapa kasus pemakaian kontrasepsi pil. Misalnya, ada yang libidonya meningkat. Hal ini dikarenakan orang secara psikis terbebas dari ketakutan akan kehamilan yang tidak diinginkan. namun pada kasus lain, ada juga didapat libido orang menurun. Hal ini karena efek dari progesteron, terutama yang berisi 19-norsteroid, di samping ada pula karena pengaruh psikis.
Sakit kepala juga banyak dikeluhkan oleh beberapa pemakai kontrasepsi pil. Sering terjadi, sakit kepala hebat pada satu sisi disertai rasa mual. Untuk hal ini, belum ada kesepakatan para ahli tentang penyebabnya. Namun, diperkirakan karena efek estrogen terhadap pembuluh darah otak yang menyebabkan penyempitan dan hipetrofi arteriol. Penanganan medisnya, biasanya dengan pil estrogen yang dosisnya rendah, dan diberikan pengobatan simptomatis misalnya pemberiam ergotamine sampai gejala hilang.
* Penggunaan AKDR
Pada penggunaan AKDR yang sering dikeluhkan adalah perdarahan. Pendarahan ini gejalanya bisa berupa perdarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (menoragia), perdarahan di luar haid (metroragia), atau perdarahan berupa tetesan (spotting). Hal ini diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi di selaput lendir rahim yang bersifat fibrinolitik (menghancurkan fibrin). Fibrin adalah zat yang berguna untuk pembekuan darah. Faktor lain yang diperkirakan berpengaruh adalah perlukaan selaput lendir rahim karena kontraksi rahim. Hal ini disebabkan ketidakserasian antara ukuran AKDR dan rongga rahim. Sebenarnya, gangguan haid akan terjadi pada tiga bulan pertama pemakaian AKDR, tapi untuk menoragia sebaiknya dikonsultasikan ke dokter. Tindakan yang biasa dilakukan adalah dengan memberi vitamin, obat pembeku darah, zat besi, dll. Di samping itu, bisa juga dilakukan penggantian AKDR dengan ukuran yang lebih kecil.

Keputihan dan infeksi bisa juga terjadi. Penyebabnya, kemungkinan besar adalah reaksi dari endometrium karena adanya AKDR (dianggap benda asing oleh rahim), pemasangan yang tidak steril. Keputihan yang bening tidak bau tidaklah berbahaya dan akan berkurang setelah tiga bulan, sebaliknya jika berbau dan keruh harus diperiksa ke dokter. Bila dengan pengobatan tidak menolong, maka AKDR dicabut dan diganti dengan cara lain.
Keluhan lain yang juga bisa ditemui adalah copotnya AKDR, nyeri waktu haid oleh AKDR, nyeri waktu senggama, atau adanya keluhan dari suami tentang adanya benang. Hal-hal tersebut biasanya disebabkan ukuran AKDR yang tidak cocok (terlalu besar atau terlalu kecil), letak AKDR yang tidak sempurna dalam rahim, adanya infeksi, atau benang yang terlalu panjang. Keadaan tersebut dikoreksi dengan mengganti AKDR dengan ukuran yang lebih pas, pemberian spasmolitik dan antibiotika pada mereka yang merasa nyeri atau infeksi, dan memotong lebih pendek benang agar sang suami nyaman.
* Penggunaan Suntikan
Kontrasepsi suntikan bisa menimbulkan berbagai keluhan haid mulai dari amenore (tidak haid), menoragi, metroragi, dan spotting. Penyebabnya adalah perubahan histologi pada endometrium. Keadaan tersebut ditangani dengan memberikan estrogen, progesteron, atau kombinasi keduanya. Cara pemberiannya sama yaitu dua kali satu tablet sehari sampai perdarahan stop, lalu dosis diturunkan menjadi satu kali satu sehari untuk beberapa hari lalu distop sama sekali. Metode suntik depo provera dihentikan bila timbul efek samping perdarahan yang hebat, sedangkan metode suntik noristerat distop bila amenore terus menerus setelah tiga kali suntikan dengan atau tanpa pengobatan.

Selain itu, metode ini juga menyebabkan keluhan yang lain misalnya depresi, keputihan yang banyak, produksi air susu yang bertambah, jerawat, kenaikan berat badan, rambut rontok, dll. Semua itu akibat dari komposisi hormon di dalam suntikan, yang umumnya bisa diatasi dengan cara yang sama seperti pada metode pil.
* Penggunaan Kontap
Penggunaan cara kontrasepsi mantap (kontap) memiliki juga efek samping walaupun sangat jarang. Umumnya adalah karena tindakan bedah -- persiapan, teknik, dan perawatannya -- kurang sempurna, di samping karena faktor penderita sendiri. Kontap terdiri dari dua macam yaitu vasektomi (dilakukan pada pria dengan memotong saluran mani/vas deferens) dan tubektomi (memotong kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan ovum dan sperma).

Umumnya, efek samping kontap ini ringan dan akan hilang dengan sendiri tanpa atau dengan pengobatan sederhana. Seperti diketahui, kontrasepsi ini dipilih jika memang seorang ibu sudah tidak ingin punya anak lagi, dilakukan oleh ibu saat habis melahirkan, keguguran, atau setelah haid atau oleh suaminya yang dapat dilakukan kapan saja. Tentu saja hal itu sudah diperhitungkan secara mantap dan dapat dikerjakan di rumah sakit terdekat.
Jadi, apapun kontrasepsi yang dipilih tidak terlepas dari adanya efek samping. Namun, perlu diingat, tidak semua akseptor KB akan mengalami efek samping tersebut. Hal tersebut sangat bersifat individual dan sementara. Umumnya, dengan sedikit pengertian dan tindakan medis ringan, efek samping tersebut akan bisa diatasi.
* dr. kadek kordanis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar